/* Dock menu by www.iblographics.com ----------------------------------------------- */ .fisheye{ text-align: center; height: 62px; position: relative; } a.fisheyeItem { text-align: center; color: #000; font-weight: bold; text-decoration: none; width: 40px; position: absolute; display: block; top: 0; } a.fisheyeItem2 { text-align: center; color: #000; font-weight: bold; text-decoration: none; width: 40px; position: absolute; display: block; bottom: 0; } .fisheyeItem img { border: none; margin: 0 auto 5px auto; width: 100%; } .fisheyeItem2 img { border: none; margin: 5px auto 0 auto; width: 100%; } .fisheyeItem span, .fisheyeItem2 span { display: none; positon: absolute; } .fisheyeContainter { height: 50px; width: 200px; left: 500px; position: absolute; } #fisheye2 { position: absolute; width: 100%; bottom: 0px; } /* Fin del dock menu
Home | Looking for something? Sign In | New here? Sign Up | Log out

Saturday, April 2, 2011

Pembangunan Pendidikan Dalam Pandangan Masyarakat Yang Kurang Beruntung

Diantara para praktisi pendidikan yang kesehariannya berkecim pung dalam dunia pendidikan, ada suatu yang hal yang belum terpikir kan secara utuh. Suatu hal yang per nah dialami semua anak bangsa, apakah yang sekarang jadi presiden, jadi menteri, jadi gubernur, jadi bupa ti atau jadi apa saja yang sudah me nempati papan atas dalam kehidup an ini. Sesuatu itu adalah keadaanmasyarakat yang kurang beruntung, dimana banyak diantara yang berha sil sekarang sesungguhnya dulunya adalah tergolong juga kedalam go longan masyarakat ini.

Tetapi hal ini tidak menjadi persoalan bagi mereka karena saat ini mereka telah naik derajatnya menjadi masyarakat yang beruntung, bahkan banyak pula yang menjadi masyarakat yang sangat beruntung. Dan kemudian mereka tidak perduli kepada asal muasal mereka sebelumnya, karena dunia ini telah menutup dan menyilaukan pandangan tentang hidup dan kehidu pan ini. Kembali kepada masyarakat yang kurang beruntung tadi, adalah seorang penjahit yang tinggal diru mah kontakan dengan seorang isteri menginginkan kehidupan yang lebih bagus bagi anak anaknya kelak.
" Yang pertama mas, namanya uang gedung atau apa kek istilahnya sekarang. Sungguh sangat mencekik leher, tanpa melihat keadaan saya."
" Yang kedua, kain seragam yang harganya lebih mahal dari har ga pasaran; padahal beli seragam jadi kan lebih murah. "
" Soal iuran bulanan gak ada masalah, tapi yang namanya harus beli buku cetak. Na'udzubillah mindalik. Apalagi buku LKS, wis bikin uang belanja jadi mengkeret. "
" Lha anak saya kan sekolah di swasta, karena tidak bisa diterima di sekolah negeri. Eh, koq malah yang dinegeri dibebaskan. Ini namanya dunia terbalik, mas ! "
" Sekarang ini, semua sekolah jadi seperti universitas saja. Ada saja acara wisuda dan sebagainya dan itu artinya keluar uang lagi. Saya sama isteri sering gegeran gara-gara uang untuk pendidikan anak anak."
" Saya ini masih untung bila dibanding masyarakat yang lain, yang sama sekali tidak punya peng hasilan tetap. Kadang tidak habis pikir, gimana ya mereka yang sudah di PHK atau kuli bangunan yang gak ada kerjaan. Apalagi jaman sekarang kan apa apa sulit, mas ! "
" Yang saya prihatinkan itu adalah orang orang yang berkuasa sekarang koq gak pernah melihat dan memikirkan orang orang yang seperti saya. Malah mereka selalu bilang mau memerangi kemiskinan, apa kita kita yang miskin ini mau diperangi ? Apa salah dan dosa kita, mas ? "

Itulah hal hal yang sempat di tangkap Media Pendidikan dikala sedang mengadakan penelitian dan pencarian informasi dilapangan. Dan tentunya masih banyak lagi bangsa Indonesia yang mempunyai nasib yang sama, yaitu termasuk golongan orang-orang yang kurang beruntung. Tentang harapannya kepada Media Pendidikan, dikatakannya : "Mudah mudahan media ini dapat menyuarakan penderitaan kami masyarakat yang kurang beruntung ini dan dapat didengar oleh orang orang yang diatas sana, mas ! " Selamat berjuang pak, semoga ridho Allah selalu menyertai anda. (MD/MP)

No comments:

Post a Comment